MimiHitam Posts:451 Super Ent
|
| |
Post Date: 08 Jan 2007 (02:59) |
mendengar istilah "makanan transgenik" yang katanya sudah beredar di Indonesia. Mohon penjelasan apa yang dimaksud dengan makanan transgenik? Jika memang berbahaya, mengapa pemerintah tidak melarang masuk dan beredarnya makanan tersebut di negara kita? Bagaimana kita dapat mengenali dengan cepat bahwa suatu makanan merupakan atau mengandung bahan transgenik?
jawab:
Isu atau berita tentang makanan transgenik sekarang ini memang sedang gencar-gencarnya. Makanan transgenik adalah makanan yang berasal dari organisme transgenik. Organisme transgenik adalah organisme yang telah direkayasa gen-nya melalui suatu teknologi pemindahan atau penyisipan gen atau yang disebut teknologi transgenik. Prinsip teknologi transgenik adalah memindahkan satu atau beberapa gen, yaitu potongan DNA yang menyandikan sifat tertentu, dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, suatu tanaman yang tadinya tidak mempunyai sifat tertentu dapat direkayasa sehingga memiliki sifat tersebut.
Dengan teknologi ini para ahli berupaya meningkatkan kualitas atau melakukan pemuliaan tanaman. Misalnya tanaman padi yang umumnya rentan terhadap hama wereng dapat direkayasa sehingga lebih tahan terhadap serangan wereng. Beberapa produk transgenik yang telah dipasarkan antara lain tomat, labu dan kentang yang mengandung kadar vitamin A, C dan E yang tinggi, jagung dan kedelai yang mengandung lebih banyak asam amino essensial, kentang dengan kadar pati lebih tinggi serta mempunyai kemampuan menyerap lemak yang lebih rendah, daun bawang dengan kandungan allicin (bahan yang berkhasiat menurunkan kolesterol) yang lebih banyak, kedelai dengan kandungan lemak jenuh yang rendah dan lemak tak jenuh yang tinggi, padi dengan kandungan vitamin A yang lebih tinggi (Golden Rice), dan padi yang mengandung zat besi (Ferritin Rice). Bahkan para ahli sedang giat melakukan penelitian untuk membuat pisang yang mengandung vaksin. Beberapa dari produk transgenik ini memang sudah beredar di Indonesia.
Apakah produk makanan transgenik ini berbahaya ? Suatu produk transgenik dapat berbahaya atau bermanfaat terhadap kesehatan, tergantung tujuan pengembangannya dan tidak terlepas dari sifat gen yang diintroduksi atau disisipkan. Apabila gen introduksi menghasilkan racun, maka tanaman transgenik dengan sendirinya akan menjadi racun. Namun jika gen introduksi menghasilkan senyawa-senyawa yang bermanfaat, maka pemuliaan tanaman dalam arti sebenarnya dapat tercapai, dengan perkataan lain kita akan mendapatkan tanaman yang lebih berkualitas, baik karena kandungan nutrisinya meningkat atau karena daya tahannya terhadap hama yang meningkat.
Sehubungan dengan pengembangan organisme-organisme transgenik ini, memang ada dua pendapat yang berbeda, yang pro dan yang kontra.
Kelompok yang pro melihat potensi manfaat yang besar dari penerapan teknologi ini sebagaimana yang telah dikemukakan. Para ahli dapat mengubah gen suatu tanaman sehingga lebih berkualitas kandungan nutrisinya. Selain itu, transgenik juga menawarkan kemungkinan pengurangan penggunaan pestisida kimia. Pestisida kimia sangat berbahaya bagi kesehatan dan telah terbukti banyak menimbulkan keracunan pada para petani, baik melalui kontak langsung maupun dari pemanfaatn perairan di sekitar lokasi pertanian. Dengan transgenik, diharapkan angka keracunan akibat pestisida dapat dikurangi.
Kelompok yang kontra biasanya sangat risau dengan potensi bahayanya. Makanan transgenik dikhawatirkan mengandung senyawa-senyawa yang membahayakan kesehatan manusia, misalnya senyawa-senyawa allergen, yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi. Namun demikian perlu disampaikan bahwa dibandingkan dengan proses pemuliaan biasa, gen yang diintroduksi pada tanaman melalui proses rekayasa genetika, diketahui persis susunan DNA-nya maupun protein hasil ekspresinya, sehingga kemungkinan adanya alergen dan potensi bahayanya dapat diantisipasi lebih dini.
Ada juga kekhawatiran, apabila manusia memakan tanaman transgenik yang mengandung gen racun terhadap serangga (Bt-endotoxin) akan ikut keracunan. Kekhawatiran ini sebenarnya juga kurang beralasan, sebab racun Bt hanya akan bekerja secara aktif dan bersifat racun apabila bertemu molekul penerimanya (receptor) yang hanya ada di dalam usus serangga dan tidak terdapat di usus manusia. Disamping itu usus manusia mempunyai lingkungan yang bersifat asam. Menurut hasil penelitian, gen Bt tidak stabil dan aktif dalam lingkungan asam. Oleh karena itu, secara ilmiah tanaman transgenik yang mengandung gen Bt tidak akan beracun terhadap manusia.
Menanggapai kekhawatiran terbentuknya zat yang membahayakan kesehatan pada tanaman transgenik, kelompok yang pro transgenik mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman hasil pemuliaan tradisionalpun dapat membahayakan kesehatan. Varietas kentang Lenape dari AS dan Kanada, serta varietas Magnum Bonum dari Swedia telah ditarik dari pasaran karena memiliki kadar racun glikoalkaloid yang tinggi. Begitu pula dengan varietas seledri hasil pemuliaan tradisional yang tahan terhadap serangga, ternyata memiliki kadar psoralen yang tinggi. Psoralen adalah zat karsinogenik, yaitu zat yang dapat memicu terjadinya kanker.
Penolakan atau penerimaan suatu teknologi baru juga sangat ditentukan oleh kondisi suatu negara. Kebutuhan pangan dan nutrisi di negara kita berbeda dengan negara-negara maju. Negara-negara Eropa Barat memang menolak padi transgenik yang mengandung gen penyandi pro vitamin A dari tanaman Daffodil dan bakteri Erwinia, oleh karena defisiensi vitamin A bukanlah masalah di negara-negara tersebut. Di Indonesia, meskipun program suplemen vitamin A telah dilakukan, prevalensi anak-anak yang kekurangan vitamin A masih tinggi. Menurut UNICEF, peningkatan konsumsi vitamin A dapat mencegah kematian sebanyak 2 juta bayi. Dengan demikian tanaman transgenik yang mengandung vitamin A lebih tinggi tentu akan sangat bermanfaat.
Produk-produk transgenik yang beredar di suatu negara, lumrahnya tentu sudah melalui suatu uji yang ketat. Untuk memberikan jaminan bahwa makanan transgenik sama amannya dengan makanan yang dihasilkan melalui program pemuliaan tradisional, strategi penilaian keamanan meliputi beberapa langkah kunci. Langkah-langkah ini meliputi karakterisasi molekuler dari modifikasi genetika, karakterisasi agronomi, penilaian nutrisi, penilaian kandungan racun dan penilaian efeknya terhadap kesehatan.
Metoda-metoda pengujian keamanan produk pertanian transgenik yang kini dipasarkan menggunakan metoda yang disetujui oleh badan-badan pengawas kesehatan dan pangan dunia, seperti WHO dan FAO. Selain itu, produk-transgenik yang kini dipasarkan telah diakui keamanannya oleh badan-badan pengatur di Amerika Serikat seperti USFDA, USDA dan USEPA maupun badan-badan pengatur di negara-negara lain seperti Kanada (Health and Welfare Canada), Inggris (Advisory Committee on Novel Foods and Process, Ministry of Agriculture, Fisheries and Food), Denmark (National Food Agency), Jepang (Ministry of Agriculture, Fisheries and Forestry), dan negara-negara lainnya.
Menjawab pertanyaan Anda yang terakhir, tidak ada cara yang mudah dan cepat bagi konsumen awam untuk mengenali apakah suatu produk merupakan produk transgenik atau bukan, kecuali mencermati keterangan yang tercantum di labelnya. Mudah-mudahan penjelasan ini berguna
|